Sabtu, 11 Juni 2011

TERBONGKAR Rahasia DEPE operasi KEPERAWANAN

Depe Operasi Keperawanan Dibayar Rp1 M?
"Dewi mau nggak saya bayar Rp1 miliar untuk operasi keperawanan."



Dewi Perssik secara terbuka mengaku melakukan operasi selaput dara di Mesir. Ternyata, ada alasan tertentu yang membuat wanita yang lekat dengan sensasi ini melakukan operasi kontroversial tersebut. Ternyata, Depe menjalani vaginoplasti demi film barunya.

"Awalnya, saya beri tawaran: 'Dewi mau nggaksaya bayar Rp1 miliar untuk operasi keperawanan untuk film ini. Saya kira Dewinggak mau, tapi dia malah menyanggupi dengan berdiri dan menyalami saya. Dia bilang: 'Ya, saya mau, demi profesional diri saya sebagai bintang film," kata KK Dheraj, produser film Dewi kepadaVIVAnews, Rabu, 8 Juni 2011.

Dheraj mengaku terkejut dengan reaksi mantan istri Saipul Jamil ini. Dia tak menduga Dewi bilang setuju secepat itu. Semula, dia menduga Depe tak akan berani melakukannya. "Dia tidak ragu atau bimbang saat ditawari operasi itu," ungkapnya.

Ditanya soal ini, Dewi mengaku bersedia menjalani operasi itu bukan semata karena kepentingan film. Dia melakukannya untuk suaminya kelak. "Aku melakukan semua ini juga untuk suamiku nanti. Jangka panjang lah," ujarnya.

Yang menarik, dokter bedahnya juga bukan sembarang dokter. Pemilik goyang gergaji ini memilih dokter berdasarkan dari lawan mainnya di film 'Pacar Hantu Perawan'. Mereka adalah model asal Filipina, Misa Campo, dan artis porno asal Norwegia, Vicky Vet. (kd) 



Sumber : vivanews.com

READ MORE - TERBONGKAR Rahasia DEPE operasi KEPERAWANAN

Dewi Persik Bohongi Diri Sendiri

Nuri Maulida (Foto:Dok.Hileud.com)JAKARTA - Dewi Persik yang sudah menjanda dua kali melakukan operasi keperawanan dengan alasan ingin memuaskan suami kelak jika menikah lagi. Nuri Maulida menganggap itu merupakan tindakan membohongi diri sendiri.

"Dengan statusnya yang sudah menikah, sama saja dengan membohongi diri sendiri. Kalau aku orangnya nrimo (pasrah menerima) sih. Kalau sudah menikah nih ya begitulah adanya," tutur Nuri yang ditemui di kantor Nagaswara, Jakarta Pusat, Jumat (10/6/2011).

Nuri secara pribadi enggan meniru langkah Dewi Persik. Aktris yang memulai debut akting di film  Me vs High Heels itu khawatir pascaoperasi malah membuat anggota tubuhnya rusak atau lebih jelek dari sebelumnya.

"Soalnya aku lihat di televisi, selebriti yang gagal operasi mendatangkan ketakutan tersendiri. Padahal aslinya cantik. Pas abis operasi, mukanya kayak badut yang habis ditonjok. Ya sudah lah cantik apa adanya, dirawat saja," ujarnya.

Seperti diketahui, Dewi Persik mengaku melakukan operasi keperawanan. Artis sensasional itu melakukannya karena ditawari produser film KK Dheeraj. KK mengajak janda seksi main film Hantu Pacar Perawan. Dewi diberi honor Rp1 miliar di mana sebagian dari honor itu merupakan biaya operasi keperawanan.

Walau tak berminat mengikuti Dewi, Nuri tak mau menghakimi perempuan lain yang menjalani operasi keperawanan.

"Kalau ada yang operasi, mungkin dia merasa penting untuk dirinya. Kalau enggak penting ya sudah kan, berarti itu sangat penting bagi dia," tandasnya.(ang)


Sumber : okezone.com
READ MORE - Dewi Persik Bohongi Diri Sendiri

Jumat, 10 Juni 2011

Ben & Marshanda Tak Sempat Bikin Anak

Ben dan Marshanda (Foto: Okezone)
JAKARTA - Terlalu asyik berlibur, Marshanda dan Ben Kasyafani sampai lupa memanfaatkan momen bulan madu mereka untuk program memiliki anak.

Pasangan yang menikah 2 April 2011, itu pergi ke empat negara dan mengunjungi kota-kota seperti Amsterdam, Paris, London, Venice, dan kota Florence di Italia.

"Di sana dua minggu sudah cukup buat kita. Di sini terbiasa naik mobil, di sana pakai public transport. Di setiap kota jelas banget. Kita jalan terus di sana. Sampai hotel jam 10 malam dan langsung tidur," ungkap Ben saat ditemui di Senayan, Jakarta, Kamis (9/6/2011) malam.

Ben mengaku puas dengan perjalanan bulan madu mereka. Namun, pasangan yang pernah bermain satu sinetron itu tak mau memikirkan soal anak di masa bulan madu. 

"Enggak ada. Kita ke sana mendadak. Satu bulan sebelumnya baru kita rencanakan. Kita berdua selalu santai kok dalam memprogram anak," akunya.

Usai bulan madu ke luar negeri, tak lengkap rasanya jika tak merasakan keindahan kota di Indonesia. Ben dan Marshanda berencana pergi ke Bali.

"Semua dinikmati kok. Berikutnya kita ingin nikmati daerah-daerah di Indonesia kayak Raja Ampat, Bali, Bromo dan yang lain," urainya.


Sumber : Okezone.com
READ MORE - Ben & Marshanda Tak Sempat Bikin Anak

Justin Timberlake RABA Mila Kunis

LOS ANGELES- Setelah menjomblo, polah penyanyi Justin Timberlake menghadapi wanita semakin panas. Salah satunya, dia menggerayangi payudara Mila Kunis (27) di atas panggung MTV Award.

Saat itu, dia tengah berada di atas panggung bersama bintang Black Swan, Mila Kunis. Karena bercanda, Mila yang pakaian hitam itu hanya bisa tersenyum, dikutip Okezonedari The Sun, Rabu (8/6/2011).

Tak hanya dengan Mila, Justin juga tampak mesra dengan tiga wanita seksi Hollywood lainnya. Seperti Cameron Diaz (38), model Olivia Wilde (27), dan Scarlett Johansson (26).

Lalu sebenarnya siapa wanita yang menjadi pacar Justin saat ini?diketahui, Justin pada Maret lalu bar saja putus dengan kekasihnya, Jessica Biel. Kabarnya, Justin kini tengah memburu wanita seksi untuk mengganti Jessica.(uky)


Sumber : okezone.com
READ MORE - Justin Timberlake RABA Mila Kunis

Kamis, 09 Juni 2011

THE TARIX JABRIX 3 (TARI)

The Tarix Jabrix mendapat tantangan terbesar dalam hidup mereka. Setelah gagal menjadi pahlawan saat menyelamatkan sebuah Panti dari kebakaran, CACING (Tria Changcut) yang bekerja di perusahaan asuransi diminta atasannya untuk bernegosiasi dengan musuh lama mereka, geng motor ROAD DEVILS supaya tidak membuat kerusuhan lagi di Bandung  yang sudah memakan banyak korban, dan tagihan klaim asuransi yang menumpuk. Cacing langsung menyanggupi, dan para sahabatnya, DADANG (Erick Changcut), MULDER (Dipa Changcut), CIKO (Alda Changcut) dan COKI (Qibil Changcut) ikut menemani Cacing pulang ke Bandung. Mulder yang mendapat posisi sebagai wakil direktur di perusahaan papinya, memutuskan mundur karena merasa papinya bekerjasama dengan orang asing untuk mengeksploit Indonesia

Namun saat The Tarix Jabrix yang kali ini berangkat tidak memakai motor mereka, tapi mobil perusahaan kantor, berhasil dilumpuhkan oleh Road Devils yang sekarang sudah memiliki jenderal baru, seorang gadis galak dan jagoan bernama MELLY (Olivia Jensen). Bukan cuma uang negosiasi yang diambil, namun mobil kantor dirusak, dan yang paling memakan harga diri Cacing.. jaket kesayangannya juga disita oleh Melly karena Cacing kalah adu balap

Cacing malu berat, emosinya bertambah saat ternyata Emak Cacing juga diserang oleh Road Devils. The Tarix Jabrix menyatakan perang dengan Road Devils, dengan dibantu oleh BAROKAH (Eddi Brokoli), mantan jenderal Road Devils yang ingin menggulingkan Melly. The Tarix Jabrix membuat perjanjian dengan Road Devils, mereka ingin mengadakan balapan ulang. Geng motor yang kalah, harus dibubarkan. Melly menyanggupi.  The Tarix Jabrix pun berlatih dengan LAKSAMANA RODA GILA (Budi Dalton) supaya bisa mengalahkan Melly dan Road Devils 

Dadang bertemu dengan MAYANG (Kamidia Radisti) yang ternyata juga murid Laksamana Roda Gila. Hati Dadang pun berbunga-bunga, menyangka dapat kesempatan untuk menyatakan cintanya ke Mayang. Namun Mayang menyimpan sebuah rahasia.  Sementara itu, atas ide Barokah, Cacing berusaha mencari kelemahan Melly dengan berlagak PDKT ke Melly. Namun dasar Cacing, maksud menjadi agen rahasia, malah jatuh cinta betulan dengan Melly. Mulder yang minggat dari rumah, berusaha dibujuk oleh papinya untuk kembali. Namun Mulder tetap menolak. Yang anak-anak Tarix Jabrix dan Road Devils tidak tahu adalah.. sebuah bencana besar siap melanda

Siapakah yang bisa memenangkan balapan? The Tarix Jabrix atau Road Devils? Bisakah cinta Cacing dan Melly dari dua kubu yang berbeda bersatu?


Sumber : 21cineplex.com
READ MORE - THE TARIX JABRIX 3 (TARI)

KERINGAT DARAH, Dora juga Pernah Berobat ke Puluhan Dukun

Pasien Keringat Darah, Dora juga Pernah Berobat ke Puluhan Dukun
Jakarta - Pasien keringat darah RS M Djamil Padang, Dora Indrayanti Trimurni (25) akhirnya diterbangkan ke Jakarta untuk dirawat di RS Cipto Mangunkusumo, Rabu (8/6/2011). Selama lebih dua pekan dirawat di Padang, tim dokter RS M Djamil belum bisa memastikan penyakit apa sebenarnya yang sejak dua tahun terakhir diidap oleh mahasiswa semester VI Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta tersebut.

"Selain berobat secara medis ke sejumlah rumah sakit, Dora juga sudah mencoba berbagai pengobatan alternatif. Sudah puluhan orang pintar didatangi namun penyakitnya tak kunjung hilang," ujar ayah kandung Dora, Indra (51) saat berbincang dengan detikcom di ruang tunggu Instalasi Rawat Inap RS M. Djamil Padang beberapa waktu lalu.

Dikatakan Indra, meski tidak ingin berburuk sangka, namun pihaknya membawa Dora berobat ke puluhan dukun tersebut karena ada saja kemungkinan Dora kena guna-guna.

"Kita tidak menuduh, tapi siapa tahu ada yang merasa tersakiti. Namanya kita sudah lama hidup, kalau tidak masa sekarang siapa tahu ada kesalahan dimasa lalu yang tidak termaafkan. Kita mohon maaf kalau hal-hal seperti itu memang ada," ujar Indra.

Pria yang pernah bertugas sebagai anggota TNI AD ini mengakui interaksinya dengan Dora dan dua adiknya selama lima tahun terakhir memang sangat minim karena tidak lagi tinggal serumah. Setelah ibunya meninggal dunia, Dora dan dua adiknya tinggal di sebuah rumah kontrakan di kawasan Gadut Padang dan dia menetap di kota Dumai, Riau.

"Sekarang saya kerja serabutan, sebagai penjaga gudang dan apa saja yang bisa menghasilkan uang. Kalau ada anggapan saya tidak memperhatikan Dora dan dua adiknya, hal itu lebih karena persoalan ekonomi yang sulit," jelas Indra.

Dora Indriyanti Tri Murni di rawat di RS M. Djamil Padang karena menderita penyakit langka, yakni mengeluarkan keringat darah dari pori-pori kepalanya bila ia berpikir terlalu keras. Pada beberapa kasus, gadis cantik berambut cepak tersebut juga mengeluarkan darah dari hidung, mulut dan telinganya.

Selain karena penyakitnya yang langka, Dora mendapat perhatian luas dari publik karena kisah hidupnya yang luar biasa. Dora, diketahui pernah menjadi tukang ojek, kuli bangunan, satpam, dan cleaning service untuk membiayai hidup dan pendidikannya. Dora juga bertanggungjawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan dua adiknya.

Sebelum memutuskan untuk merujuk Dora ke RSCM Jakarta, tim dokter RS M. Djamil Padang sudah melakukan sejumlah tindakan medis dan serangkaian penelitian untuk mendalami penyakit langka yang diduga sebagai trombopati tersebut. Hanya saja, sejauh ini tim dokter belum dapat memastikan penyakit apa sebenarnya yang telah diidap oleh Dora.


Sumber  : detiknews.com
READ MORE - KERINGAT DARAH, Dora juga Pernah Berobat ke Puluhan Dukun

Kabur dari Tahanan Tersangka Pengedar Uang Palsu Kembali Diringkus

MEDAN - Polsekta Medan Sunggal akhirnya berhasil meringkus tersangka pengedar uang palsu bernama Feri Ansah, setelah 20 hari berhasil kabur dari ruang sel tahanan Polsekta Medan Sunggal.

Data yang diperoleh wartawan, tersangka berhasil diringkus di Desa Karang Tanjung, Kabupaten Padenglan, Provinsi Banten. Sebelum penangkapan, tersangka atas kasus pengedar uang palsu itu berhasil kabur setelah membobol atap berlapis teralis besi ruang tahanan bersama dengan empat orang tahanan lainnya, Maret Perangin-angin, Joko, Anggi Manurung dan Ismail.

Menurut keterangan tersangka Feri Ansa, tersangka memang sudah merencakan aksi pelarian tersebut jauh hari. Untuk melarikan diri, tersangka menggunakan kunci pas ukuran 12 yang sebelumnya memang sudah ada di dalam kamar mandi ruang tahanan. "Kunci itu memang sudah ada di dalam kamar mandi. Dengan kunci itu, saya merusak atap teralis besi sel itu, lalu kami kabur,"  papar Feri, Rabu (8/6/2011).

Setelah berhasil keluar dari ruang tahanan dengan menumpang sebuah truk, tersangka pun langsung pergi ke Desa Karang Tanjung, Kabupaten Padenglan, Banten untuk menghindari kejaran petugas.

Namun nasibnya kurang beruntung.  Tim Reskrim Polsekta Medan Sunggal yang dipimpin langsung Kapolsek Kompol Sonny Tampubolon dan bekerja sama dengan personil Mabes Polri setelah mendapat informasi, langsung terjun dan berhasil menciduknya. Tersangka pun dibawa kembali ke Polsekta Medan Sunggal untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Kasi Humas Polsekta Medan Sunggal AIPTU B.E.Sirait ketika dikonfirmasi sejumlah wartawan membenarkan adanya penangkapan tersebut. "Unit Polsekta Medan Sunggal yang dipimpin langsung oleh kapolsek, sudah berhasil menangkap tersangka di daerah Banten, bekerja sama dengan personil Mabes Polri. Untuk saat ini kita sedang menyelidiki apakah tersangka Feri merupakan otak pelarian tersebut. Dan untuk tersangka lainnya kita masih melakukan pengejaran. Kami mohon doanya, agar tersangka yang masih kabur secepatnya bisa kita tangkap,"  jelasnya.

Sekedar mengingatkan, tersangka Feri Ansa diringkus sekitar bulan Mei tahun 2011 atas kasus pengedar uang palsu sebanyak Rp5 juta, dengan pecahan uang Rp50 ribu, di salah satu hotel di kawasan Jalan Gatot Subroto, Medan. (ram)


Sumber : Okezone.com
READ MORE - Kabur dari Tahanan Tersangka Pengedar Uang Palsu Kembali Diringkus

Pelaku Kejahatan Kian Berani Serang Polisi

Ilustrasi (Ist)
illustarsi gbr
JAKARTA - Kejahatan Jalanan (street crime) di wilayah hukum Polda Metro Jaya (PMJ) diakui Kepala Bidang Hubungan Masyarakat PMJ Komisaris Besar Baharuddin Djafar menurun secara kuantitas.

"Kejahatan ini pada umumnya terjadi penurunan, per-catur wulan (sampai April) dikalikan tiga untuk total crime 21.000 kasus. Sebelumnya tahun 2010 ada 25.000 kasus, pada 2009 ada 27.000 kasus, dan pada 2008 ada 30.000 kasus. Ini cenderung menurun," ungkap Baharuddin di Mapolda Metro Jaya, Selasa (7/6/2011).

Walau secara kuantitas angka kasus street crime ini menurun, namun secara kuantitas street crime bisa dikatakan meningkat dengan melihat keberanian para pelaku.

"Untuk kualitas ini meningkat, kegiatan pencurian street crime kini mereka berani ambil risiko dengan menyerang korban atau petugas. Itu juga nampak dari penggunaan senjata api (senpi)," lanjutnya.

Untuk penggunaan senpi sudah ada yang diungkap. Namun jenis senpi rakitan yang banyak tersebar rupanya membuat syok untuk para korban dan masyarakat. "Ada beberapa yang diungkap untuk senpi rakitan tapi itu kan membuat syok korban," terangnya.

Baharuddin juga menyebutkan beberapa contoh, misalnya pembobolan ATM atau pencurian kendaraan bermotor. Oleh karena itu antisipasi yang dilakukan oleh aparat juga tegas dengan melakukan penembakkan.

"Kasus ATM, mereka gunakan senpi, curanmor juga. Secara kualitas muncul dan karena itu antisipasi kita harus tegas. Kalau pelaku melakukan penembakkan ya ditembak juga," lanjutnya.

Dengan itu lanjut Baharuddin, petugas di lapangan diperbolehkan melakukan penembakan di tempat dengan pertimbangan perlu demi keamanan. "Itu perhitungan dari petugas yang di lapangan. Kapan tembak kapan tidak, dia (petugas) yang mengetahui. Ini untuk melumpuhkan pelaku," kata Baharuddin.

Pertimbangan petugas untuk melakukan penembakkan di tempat adalah jika memang dirasakan para pelaku membahayakan jiwa petugas dan orang lain karena memang seperti itu prosedurnya.

"Jika dia (pelaku) membahayakan petugas dan jiwa orng lain. Itu harus tegas. Kita sebagai institusi harus membetulkan itu karna memang prosedurnya seperti itu, kalau lalai dia (petugas) yang jadi korban," katanya.
(ram)


Sumber : okezone.com

READ MORE - Pelaku Kejahatan Kian Berani Serang Polisi

HUT KODAM I/BB GELAR OPERASI KATARAK

KPKNes, Medan - Dalam rangka Hari Ulang Tahun yang ke-61, Kodam I/Bukit Barisan (BB) akan bekerja sama dengan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Sumatera Utara, Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi) Sumut dan Inst Ophthalmology Tilganga Nepal, melaksanakan bakti sosial operasi mata katarak gratis di Kota Padang Sidimpuan dan Medan.

Pelaksanaannya dilaksanakan di dua tempat, yakni tanggal 14 – 17 Juni di Rumkit TNI Padangsidimpuan dan 18 – 23 Juni di Rumkit Putri Hijau Medan dengan target 1000 pasien.

Ketua INTI Sumut Indra Wahidin menyebutkan kepada Waspada Online, sore ini, penderita Katarak di Indonesia khususnya Sumut cukup banyak dengan penanganan yang masih rendah khususnya bagi warga kurang mampu. Maka dengan bakti sosial itu diharapkan dapat membantu pemerintah menekan angka penderita mata katarak yang menjadi salah satu penyebab kebutaan.

Dia mengatakan, Bakti sosial ini dapat terlaksana berkat partisipasi banyak pihak, khususnya Tilganga yang merupakan Badan Pelaksana Program Mata Nepal. Yakni sebuah LSM nirlaba berbasis masyarakat yang siap membantu program sosial di Sumut.

Kehadiran tim dokter dari Tilganga juga diharapkan bisa mentransfer ilmu dan alat memeriksa mata, yang sudah diakui dunia internasional itu, bagi tim medis di Rumkit P Sidimpuan dan RS Putri Hijau sehingga RS itu semakin maju.

Tahun lalu INTI Sumut juga telah sukses menggelar Bakti Sosial serupa di kota Medan. Bahkan pesertanya mencapai 600 orang dan melampaui dari target semula yang hanya 500 peserta.

Sumber : pemkomedan.go.id


READ MORE - HUT KODAM I/BB GELAR OPERASI KATARAK

Medan


1. Medan Tanah Deli

Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.

Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular.

Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.

Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.

Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni : Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan Oktober s/d bulan Desember sedang Maksima Tambahan antara bulan Januari s/d September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam.

Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.

2. Kampung Medan dan Tembakau Deli

Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama "Medan Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.

Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani menanam lada. Tidak lama kemudian
lahirlah anak kedua Guru Patimpus dan anak inipun laki-laki dinamai si Kecik.

Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu) membaca Alqur’an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang agama Islam ke Aceh.

Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli In Woord en Beeld ditulis oleh N.Ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak diseberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini.

Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli.
Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara.

Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan.

Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.

Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai tersebut. Anderson menyebutkan dalam bukunya “Mission to the East Coast of Sumatera“ (terbitan Edinburg 1826) bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar. Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di Jawa.

Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri", juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau deli. Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu.

Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan de Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung "Medan Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai "Kota Medan".

3. Legenda Kota Medan

Menurut legenda di zaman dahulu kala pernah hidup di Kesultanan Deli lama kira-kira 10 Km dari Kampung Medan yakni di Deli Tua sekarang seorang Putri yang sangat cantik dan karena kecantikannya diberi nama Putri Hijau. Kecantikan Putri ini tersohor kemana-mana mulai dari Aceh sampai ke ujung Utara Pulau Jawa.

Sultan Aceh jatuh cinta pada Putri itu dan melamarnya untuk dijadikan permaisurinya. Lamaran Sultan Aceh itu ditolak oleh saudara kedua laki-laki Putri Hijau. Sultan aceh sangat marah karena penolakan itu dianggapnya sebagai penghinaan terhadap dirinya. Maka pecahlah perang antara Kesultanan Aceh dengan Kesultanan Deli.

Menurut legenda yang tersebut diatas, dengan menggunakan kekuatan gaib seorang dari saudara Putri hijau menjelma menjadi seekor ular naga dan seorang lagi menjadi sepucuk meriam yang tidak henti-hentinya menembaki tentara Aceh hingga akhir hayatnya.

KesultananDeli lama mengalami kekalahan dalam peperangan itu dan karena kecewa Putra Mahkota yang menjelma menjadi meriam itu meledak sebagian, bagian belakangnya terlontar ke Labuhan Deli dan bagian depannya kedataran tinggi Karo kira-kira 5 Km dari Kabanjahe.

Putri Hijau ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat kedalam kapal untuk seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai di Ujung Jambo Aye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas permintaannya, harus diserahkan padanya sejumlah beras dan beribu-ribu telur dan permohonan tuan Putri dikabulkan. Tetapi baru saja uapacara dimulai tiba-tiba berhembuslah angin ribut yang maha dahsyat disusul gelombang-gelombang yang sangat tinggi.

Dari dalam laut muncullah abangnya yang telah menjelma menjadi ular naga itu dan dengan menggunakan rahangnya yang besar itu diambilnya peti tempat adiknya dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam laut.

Legenda ini samapai sekarang masih terkenal di kalangan masyarakat Deli dan malahan juga dalam masyarakat Melayu di Malaysia.

Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan Benteng dan Puri yang berasal dari zaman Putri Hijau, sedang sisa meriam penjelmaan abang Putri Hijau itu dapat dilihat di halaman Istana Maimun Medan.

4. Penjajahan Belanda di Tanah Deli

Belanda yang menjajah Nusantara kurang lebih setengah abad namun untuk menguasai Tanah Deli mereka sangat banyak mengalami tantangan yang tidak sedikit. Mereka mengalami perang di Jawa dengan pangeran Diponegoro sekitar tahun 1825-1830. Belanda sangat banyak mengalami kerugian sedangkan untuk menguasai Sumatera, Belanda juga berperang melawan Aceh, Minangkabau, dan Sisingamangaraja di daerah Tapanuli.

Jadi untuk menguasai Tanah Deli Belanda hanya kurang lebih 78 tahun mulai dari tahun 1864 sampai 1942. Setelah perang Jawa berakhir barulah Gubernur Jenderal Belanda J.Van den Bosch mengerahkan pasukannya ke Sumatera dan dia memperkirakan untuk menguasai Sumatera secara keseluruhan diperlukan waktu 25 tahun. Penaklukan Belanda atas Sumatera ini terhenti ditengah jalan karena Menteri Jajahan Belanda waktu itu J.C.Baud menyuruh mundur pasukan Belanda di Sumatera walaupun mereka telah mengalahkan Minangkabau yang dikenal dengan nama perang Paderi ( 1821-1837 ).

Sultan Ismail yang berkuasa di Riau secara tiba-tiba diserang oleh gerombolan Inggeris dengan pimpinannya bernama Adam Wilson. Berhubung pada waktu itu kekuatannya terbatas maka Sultan Ismail meminta perlindungan pada Belanda. Sejak saat itu terbukalah kesempatan bagi Belanda untuk menguasai Kerajaan Siak Sri Indrapura yang rajanya adalah Sultan Ismail. Pada tanggal 1 Februari 1858 Belanda mendesak Sultan Ismail untuk menandatangani perjanjian agar daerah taklukan kerajaan Siak Sri Indrapura termasuk Deli, Langkat dan Serdang di Sumatera Timur masuk kekuasaan Belanda. Karena daerah Deli telah masuk kekuasaan Belanda otomatislah Kampung Medan menjadi jajahan Belanda, tapi kehadiran Belanda belum secara fisik menguasai Tanah Deli.

Pada tahun 1858 juga Elisa Netscher diangkat menjadi Residen Wilayah Riau dan sejak itu pula dia mengangkat dirinya menjadi pembela Sultan Ismail yang berkuasa di kerajaan Siak. Tujuan Netscher itu adalah dengan duduknya dia sebagai pembela Sultan Ismail secara politis tentunya akan mudah bagi Netscher menguasai daerah taklukan kerajaan Siak yakni Deli yang di dalamnya termasuk Kampung Medan Putri.

Perkembangan Medan Putri menjadi pusat perdagangan telah mendorongnya menjadi pusat pemerintahan. Tahun 1879, Ibukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, 1 Maret 1887,Ibukota Residen Sumatera Timur dipindahkan pula dari Bengkalis ke Medan, Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari (Labuhan) juga pindah dengan selesainya pembangunan Istana Maimoon pada tanggal 18 Mei 1891, dan dengan demikian Ibukota Deli telah resmi pindah ke Medan.

Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya menjadi Gubernemen. Pada tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi Gemeente (Kota Praja) dengan Walikota Baron Daniel Mac Kay. Berdasarkan "Acte van Schenking" (Akte Hibah) Nomor 97 Notaris J.M. de-Hondt Junior, tanggal 30 Nopember 1918, Sultan Deli menyerahkan tanah kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga resmi menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda. Pada masa awal Kotapraja ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Hilir.

Pada tahun 1918 penduduk Medan tercatat sebanyak 43.826 jiwa yang terdiri dari Eropa 409 orang, Indonesia 35.009 orang, Cina 8.269 orang dan Timur Asing lainnya 139 orang.

Sejak itu Kota Medan berkembang semakin pesat. Berbagai fasilitas dibangun. Beberapa diantaranya adalah Kantor Stasiun Percobaan AVROS di Kampung Baru (1919), sekarang RISPA, hubungan Kereta Api Pangkalan Brandan - Besitang (1919), Konsulat Amerika (1919), Sekolah Guru Indonesia di Jl. H.M. Yamin sekarang (1923), Mingguan Soematra (1924), Perkumpulan Renang Medan (1924), Pusat Pasar, R.S. Elizabeth, Klinik Sakit Mata dan Lapangan Olah Raga Kebun Bunga (1929).

Secara historis perkembangan Kota Medan, sejak awal telah memposisikan menjadi pusat perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu. sedang dijadikannya medan sebagai ibukota deli juga telah menjadikannya Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintah. sampai saat ini disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara.

5. Kota Medan Masa Penjajahan Jepang

Tahun 1942 penjajahan Belanda berakhir di Sumatera yang ketika itu Jepang mendarat dibeberapa wilayah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan khusus di Sumatera Jepang mendarat di Sumatera Timur.

Tentara Jepang yang mendarat di Sumatera adalah tentara XXV yang
berpangkalan di Shonanto yang lebih dikenal dengan nama Singapore, tepatnya mereka mendarat tanggal 11 malam 12 Maret 1942. Pasukan ini terdiri dari Divisi Garda Kemaharajaan ke-2 ditambah dengan Divisi ke-18 dipimpin langsung oleh Letjend. Nishimura. Ada empat tempat pendaratan mereka ini yakni Sabang, Ulele, Kuala Bugak (dekat Peurlak Aceh Timur sekarang) dan Tanjung Tiram (kawasan Batubara sekarang).

Pasukan tentara Jepang yang mendarat di kawasan Tanjung Tiram inilah yang masuk ke Kota Medan, mereka menaiki sepeda yang mereka beli dari rakyat disekitarnya secara barter. Mereka bersemboyan bahwa mereka membantu orang Asia karena mereka adalah saudara Tua orang-orang Asia sehingga mereka dieluelukan menyambut kedatangannya.

Ketika peralihan kekuasaan Belanda kepada Jepang Kota Medan kacau balau, orang pribumi mempergunakan kesempatan ini membalas dendam terhadap orang Belanda. Keadaan ini segera ditertibkan oleh tentara Jepang dengan mengerahkan pasukannya yang bernama “ Kempetai “ (Polisi Militer Jepang). Dengan masuknya Jepang di Kota Medan keadaan segera berubah terutama pemerintahan sipilnya yang zaman Belanda disebut “Gemeente Bestuur “ oleh Jepang dirobah menjadi “Medan Sico“ (Pemerintahan Kotapraja). Yang menjabat pemerintahan sipil di tingkat Kotapraja Kota Medan ketika itu hingga berakhirnya kekuasaan Jepang bernama Hoyasakhi. Untuk tingkat keresidenan di Sumatera Timur karena masyarakatnya heterogen disebut Syucokan yang ketika itu dijabat oleh T.Nakashima, pembantu Residen disebut dengan Gunseibu.

Penguasaan Jepang semakin merajalela di Kota Medan mereka membuat masyarakat semakin papa, karena dengan kondisi demikianlah menurut mereka semakin mudah menguasai seluruh Nusantara, semboyan saudara Tua hanyalah semboyan saja. Disebelah Timur Kota Medan yakni Marindal sekarang dibangun Kengrohositai sejenis pertanian kolektif. Dikawasan Titi Kuning Medan Johor sekarang tidak jauh dari lapangan terbang Polonia sekarang mereka membangun landasan pesawat tempur Jepang.

6. Kota Medan Menyambut Kemerdekaan Republik Indonesia

Dimana-mana diseluruh Indonesia menjelang tahun 1945 bergema persiapan Proklamasi demikian juga di Kota Medan tidak ketinggalan para tokoh pemudanya melakukan berbagai macam persiapan. Mereka mendengar bahwa bom atom telah jatuh melanda Kota Hiroshima, berarti kekuatan Jepang sudah lumpuh. Sedangkan tentara sekutu berhasrat kembali untuk menduduki Indonesia.

Khususnya di kawasan kota Medan dan sekitarnya, ketika penguasa Jepang menyadari kekalahannya segera menghentikan segala kegiatannya, terutama yang berhubungan dengan pembinaan dan pengerahan pemuda. Apa yang selama ini mereka lakukan untuk merekrut massa pemuda seperti Heiho, Romusha, Gyu Gun dan Talapeta mereka bubarkan atau kembali kepada masyarakat. Secara resmi kegiatan ini dibubarkan pada tanggal 20 Agustus 1945 karena pada hari itu pula penguasa Jepang di Sumatera Timur yang disebut Tetsuzo Nakashima mengumumkan kekalahan Jepang. Beliau juga menyampaikan bahwa tugas pasukan mereka dibekas pendudukan untuk menjaga status quo sebelum diserah terimakan pada pasukan sekutu. Sebagian besar anggota pasukan bekas Heiho, Romusha, Talapeta dan latihan Gyu Gun merasa bingung karena kehidupan mereka terhimpit dimana mereka hanya diberikan uang saku yang terbatas, sehingga mereka kelihatan berlalu lalang dengan seragam coklat di tengah kota.

Beberapa tokoh pemuda melihat hal demikian mengambil inisiatif untuk menanggulanginya. Terutama bekas perwira Gyu Gun diantaranya Letnan Achmad Tahir mendirikan suatu kepanitiaan untuk menanggulangi para bekas Heiho, Romusha yang famili/saudaranya tidak ada di kota Medan. Panitia ini dinamai dengan “Panitia Penolong Pengangguran Eks Gyu Gun“ yang berkantor di Jl. Istana No.17 (Gedung Pemuda sekarang).

Tanggal 17 Agustus 1945 gema kemerdekaan telah sampai ke kota Medan walupun dengan agak tersendat-sendat karena keadaan komunikasi pada waktu itu sangat sederhana sekali. Kantor Berita Jepang “Domei" sudah ada perwakilannya di Medan namun mereka tidak mau menyiarkan berita kemerdekaan tersebut, akibatnya masyarakat tambah bingung.

Sekelompok kecil tentara sekutu tepatnya tanggal 1 September 1945 yang dipimpin Letnan I Pelaut Brondgeest tiba di kota Medan dan berkantor di Hotel De Boer (sekarang Hotel Dharma Deli). Tugasnya adalah mempersiapkan pengambilalihan kekuasaan dari Jepang. Pada ketika itu pula tentara Belanda yang dipimpin oleh Westerling didampingi perwira penghubung sekutu bernama Mayor Yacobs dan Letnan Brondgeest berhasil membentuk kepolisian Belanda untuk kawasan Sumatera Timur yang anggotanya diambil dari eks KNIL dan Polisi Jepang yang pro Belanda.

Akhirnya dengan perjalanan yang berliku-liku para pemuda mengadakan berbagai aksi agar bagaimanapun kemerdekaan harus ditegakkan di Indonesia demikian juga di kota Medan yang menjadi bagiannya. Mereka itu adalah Achmad Tahir, Amir Bachrum Nasution, Edisaputra, Rustam Efendy, Gazali Ibrahim, Roos Lila, A.malik Munir, Bahrum Djamil, Marzuki Lubis dan Muhammad Kasim Jusni.

Sumber Informasi:
Buku Kota Medan Pintu Gerbang (Bappeda)
Buku Monografi Kota Medan (Bappeda)
Buku Medan Selayang 


Sumber : pemkomedan.com
READ MORE - Medan

Vakum 8 Tahun, Tasya si 'Anak Gembala' Nyanyi Lagi

Vakum 8 Tahun, Tasya si 'Anak Gembala' Nyanyi LagiJakarta - Setelah sukses menjadi penyanyi cilik, Tasya kembali ke dunia musik Indonesia dengan sajian yang lebih dewasa. Penyanyi yang sempat melejit dengan lagu 'Anak Gembala' itu siap merilis single terbarunya, 'Say No'.

Lewat single tersebut, Tasya ingin menampilkan citranya yang baru. Kini, gadis yang bernama lengkap Shafa Tasya Kamilaya itu ingin lebih dikenal sebagai seorang penyanyi remaja.

"Setelah 8 tahun vakum aku keluarin single sebagai remaja bukan sebagai orang dewasa karena memang aku beranjak dewasa," ungkapnya saat ditemui di Mandarin Hotel, Jakarta Pusat, Rabu (8/6/2011) malam.

Meski telah beranjak dewasa, ia pun mengaku masih sering membawakan lagu anak-anak. Namun, ia tetap meyakinkan nantinya karya-karyanya akan lebih berjiwa muda.

"Ya masih sering nyanyi yang dulu tapi yang jelas di umur 18 tahun ini aku pembawaan laguku nantinya akan lebih berjiwa muda," paparnya.



Sumber : Detik.com
READ MORE - Vakum 8 Tahun, Tasya si 'Anak Gembala' Nyanyi Lagi

Jakarta (Kota Batavia)

Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan awal mengenai Jakarta terkumpul sedikit melalui berbagai prasasti yang ditemukan di kawasan bandar tersebut. Keterangan mengenai kota Jakarta sampai dengan awal kedatangan para penjelajah Eropa dapat dikatakan sangat sedikit.

Laporan para penulis Eropa abad ke-16 menyebutkan sebuah kota bernama Kalapa, yang tampaknya menjadi bandar utama bagi sebuah kerajaan Hindu bernama Sunda, beribukota Pajajaran, terletak sekitar 40 kilometer di pedalaman, dekat dengan kota Bogor sekarang. Bangsa Portugis merupakan rombongan besar orang-orang Eropa pertama yang datang ke bandar Kalapa. Kota ini kemudian diserang oleh seorang muda usia, bernama Fatahillah, dari sebuah kerajaan yang berdekatan dengan Kalapa. Fatahillah mengubah nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527. Tanggal inilah yang kini diperingati sebagai hari lahir kota Jakarta. Orang-orang Belanda datang pada akhir abad ke-16 dan kemudian menguasai Jayakarta.

Nama Jayakarta diganti menjadi Batavia. Keadaan alam Batavia yang berawa-rawa mirip dengan negeri Belanda, tanah air mereka. Mereka pun membangun kanal-kanal untuk melindungi Batavia dari ancaman banjir. Kegiatan pemerintahan kota dipusatkan di sekitar lapangan yang terletak sekitar 500 meter dari bandar. Mereka membangun balai kota yang anggun, yang merupakan kedudukan pusat pemerintahan kota Batavia. Lama-kelamaan kota Batavia berkembang ke arah selatan. Pertumbuhan yang pesat mengakibatkan keadaan lilngkungan cepat rusak, sehingga memaksa penguasa Belanda memindahkan pusat kegiatan pemerintahan ke kawasan yang lebih tinggi letaknya. Wilayah ini dinamakan Weltevreden. Semangat nasionalisme Indonesia di canangkan oleh para mahasiswa di Batavia pada awal abad ke-20.

Sebuah keputusan bersejarah yang dicetuskan pada tahun 1928 yaitu itu Sumpah Pemuda berisi tiga buah butir pernyataan , yaitu bertanah air satu, berbangsa satu, dan menjunjung bahasa persatuan : Indonesia. Selama masa pendudukan Jepang (1942-1945), nama Batavia diubah lagi menjadi Jakarta. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Ir. Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta dan Sang Saka Merah Putih untuk pertama kalinya dikibarkan. Kedaulatan Indonesia secara resmi diakui pada tahun 1949. Pada saat itu juga Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada tahun 1966, Jakarta memperoleh nama resmi Ibukota Republik Indonesia. Hal ini mendorong laju pembangunan gedung-gedung perkantoran pemerintah dan kedutaan negara sahabat. Perkembangan yang cepat memerlukan sebuah rencana induk untuk mengatur pertumbuhan kota Jakarta. Sejak tahun 1966, Jakarta berkembang dengan mantap menjadi sebuah metropolitan modern. Kekayaan budaya berikut pertumbuhannya yang dinamis merupakan sumbangan penting bagi Jakarta menjadi salah satu metropolitan terkemuka pada abad ke-21.

     * Abad ke-14 bernama Sunda Kelapa sebagai pelabuhan Kerajaan Pajajaran.
     * 22 Juni 1527 oleh Fatahilah, diganti nama menjadi Jayakarta (tanggal tersebut ditetapkan 
        sebagai hari jadi kota Jakarta keputusan DPR kota sementara No. 6/D/K/1956).
     * 4 Maret 1621 oleh Belanda untuk pertama kali bentuk pemerintah kota bernama Stad 
        Batavia.
     * 1 April 1905 berubah nama menjadi 'Gemeente Batavia'.
     * 8 Januari 1935 berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia.
     * 8 Agustus 1942 oleh Jepang diubah namanya menjadi Jakarta Toko Betsu Shi.
     * September 1945 pemerintah kota Jakarta diberi nama Pemerintah Nasional Kota Jakarta.
     * 20 Februari 1950 dalam masa Pemerintahan. Pre Federal berubah nama menjadi Stad 
        Gemeente Batavia.
     * 24 Maret 1950 diganti menjadi Kota Praj'a Jakarta.
     * 18 Januari 1958 kedudukan Jakarta sebagai Daerah swatantra dinamakan Kota Praja 
        Djakarta Raya.
     * Tahun 1961 dengan PP No. 2 tahun 1961 jo UU No. 2 PNPS 1961 dibentuk Pemerintah   
        Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
     * 31 Agustus 1964 dengan UU No. 10 tahun 1964 dinyatakan Daerah Khusus Ibukota 
        Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dengan nama Jakarta.
     * Tahun1999, melalaui uu no 34 tahun 1999 tentang pemerintah provinsi daerah khusus 
        ibukota negara republik Indonesia Jakarta, sebutan pemerintah daerah berubah menjadi 
        pemerintah provinsi dki Jakarta, dengan otoniminya tetap berada ditingkat provinsi dan 
        bukan pada wilyah kota, selain itu wiolyah dki Jakarta dibagi menjadi 6 ( 5 wilayah 
        kotamadya dan satu kabupaten administrative kepulauan seribu)

Undang-undang Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);


Sumber : jakarta.go.id 
READ MORE - Jakarta (Kota Batavia)

Rabu, 08 Juni 2011

Palembang (Kota Pempek)

Sejarah Kota Palembang

Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air.
Kondisi alam ini bagi nenek moyang orang-orang Palembang menjadi modal mereka untuk memanfaatkannya. Air menjadi sarana transportasi yang sangat vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau dan punya kecepatan yang tinggi. Selain kondisi alam, juga letak strategis kota ini yang berada dalam satu jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah:
  • Tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu : Pegunungan Bukit Barisan.
  • Daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran rendah.
  • Daerah pesisir timur laut.
Ketiga kesatuan wilayah ini merupakan faktor setempat yang sangat mementukan dalam pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban. Faktor setempat yang berupa jaringan dan komoditi dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dulu dan berhasil mendorong manusia setempat menciptakan pertumbuhan pola kebudayaan tinggi di Sumatera Selatan. Faktor setempat inilah yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kejayaan Sriwijaya diambil oleh Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan Nusantara
1256976844.jpgSriwijaya, seperti juga bentuk-bentuk pemerintahan di Asia Tenggara lainnya pada kurun waktu itu, bentuknya dikenal sebagai Port-polity. Pengertian Port-polity secara sederhana bermula sebagai sebuah pusat redistribusi, yang secara perlahan-lahan mengambil alih sejumlah bentuk peningkatan kemajuan yang terkandung di dalam spektrum luas. Pusat pertumbuhan dari sebuah Polity adalah entreport yang menghasilkan tambahan bagi kekayaan dan kontak-kontak kebudayaan. Hasil-hasil ini diperoleh oleh para pemimpin setempat. (dalam istilah Sriwijaya sebutannya adalah datu), dengan hasil ini merupakan basis untuk penggunaan kekuatan ekonomi dan penguasaan politik di Asia Tenggara.
Ada tulisan menarik dari kronik Cina Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau Ju-Kua pada abad ke 14, menceritakan tentang Sriwijaya sebagai berikut :Negara ini terletak di Laut selatan, menguasai lalu lintas perdagangan asing di Selat. Pada zaman dahulu pelabuhannya menggunakan rantai besi untuk menahan bajak-bajak laut yang bermaksud jahat. Jika ada perahu-perahu asing datang, rantai itu diturunkan. Setelah keadaan aman kembali, rantai itu disingkirkan. Perahu-perahu yang lewat tanpa singgah dipelabuhan dikepung oleh perahu-perahu milik kerajaan dan diserang. Semua awak-awak perahu tersebut berani mati. Itulah sebabnya maka negara itu menjadi pusat pelayaran.
Tentunya banyak lagi cerita, legenda bahkan mitos tentang Sriwijaya. Pelaut-pelaut Cina asing seperti Cina, Arab dan Parsi, mencatat seluruh perisitiwa kapanpun kisah-kisah yang mereka lihat dan dengan. Jika pelaut-pelaut Arab dan Parsi, menggambarkan keadaan sungai Musi, dimana Palembang terletak, adalah bagaikan kota di Tiggris. Kota Palembang digambarkan mereka adalah kota yang sangat besar, dimana jika dimasuki kota tersebut, kokok ayam jantan tidak berhenti bersahut-sahutan (dalam arti kokok sang ayam mengikuti terbitnya matahari). Kisah-kisah perjalanan mereka penuh dengan keajaiban 1001 malam. Pelaut-pelaut Cina mencatat lebih realistis tentang kota Palembang, dimana mereka melihat bagaimana kehiduapan penduduk kota yang hidup diatas rakit-rakit tanpa dipungut pajak. Sedangkan bagi pemimpin hidup berumah ditanah kering diatas rumah yang bertiang. Mereka mengeja nama Palembang sesuai dengan lidah dan aksara mereka. Palembang disebut atau diucapkan mereka sebagai Po-lin-fong atau Ku-kang (berarti pelabuhan lama).Setelah mengalami kejayaan diabad-abad ke-7 dan 9, maka dikurun abad ke-12 Sriwijaya mengalami keruntuhan secara perlahan-lahan. Keruntuhan Sriwijaya ini, baik karena persaingan dengan kerajaan di Jawa, pertempuran dengan kerajaan Cola dari India dan terakhir kejatuhan ini tak terelakkan setelah bangkitnya bangkitnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam yang tadinya merupakan bagian-bagian kecil dari kerajaan Sriwijaya, berkembang menjadi kerajaan besar seperti yang ada di Aceh dan Semenanjung Malaysia.
Dari sisa Kerajaan Sriwijaya tersebut tinggalah Palembang sebagai satu kekuatan tersendiri yang dikenal sebagai kerajaan Palembang. Menurut catatan Cina raja Palembang yang bernama Ma-na-ha Pau-lin-pang mengirim dutanya menghadap kaisar Cina tahun 1374 dan 1375.Maharaja ini barangkali adalah raja Palembang terakhir, sebelum Palembang dihancurkan oleh Majapahit pada tahun 1377. Berkemungkinan Parameswara dengan para pengikutnya hijrah ke semenanjung, dimana ia singgah lebih dulu ke pulau Temasik dan mendirikan kerajaan Singapura. Pulau ini ditinggalkannya setelah dia berperang melawan orang-orang Siam. Dari Singapura dia hijrah ke Semenanjung dan mendirikan kerajaan Melaka. Setelah membina kerajaan ini dengan gaya dan cara Sriwijaya, maka Melaka menjadi kerajaan terbesar di nusantara setelah kebesaran Sriwijaya.Palembang sendiri setelah ditinggalkan Parameswara menjadi chaos. Majapahit tidak dapat menempatkan adipati di Palembang, karena ditolak oleh orang-orang Cina yang telah menguasai Palembang. Mereka menyebut Palembang sebagai Ku-Kang dan mereka terdiri dari kelompok-kelompok cina yang terusir dari Cina Selatan, yaitu dari wilayah Nan-hai, Chang-chou dan Changuan-chou.
Meskipun setiap kelompok ini mempunyai pemimpin sendiri, tetapi mereka sepakat menolak pimpinan dari majapahit dan mengangkat Liang Tau-ming sebagai pemimpin mereka.Pada masa ini Palembang dikenal sebagai wilayah yang menjadi sarang bajak laut dari orang-orang Cina tersebut. Tidak heran jika toko sejarah dan legendaris dari Cina, yaitu Laksamana Chen-ho terpaksa beberapa kali muncul di Palembang guna memberantas para bajak laut ini. Pada tahun 1407 setelah kembali dari pelayarannya dari barat, Chen-ho sendiri telah menangkap toko bajak laut dari Palembang yaitu Chen Tsui-i. Chen-ho membawa bajak laut ini kehadapan kaisar, kemudian dihukum pancung ditengah pasar ibukota. Namun beberapa toko bajak laut di lautan cina seperti Chin Lien, pada tahun 1577 telah bersembunyi di Palembang dan kemudian menjadi pedagang yang disegani di Palembang. Chiang Lien sebagai pengawas perdagangan untuk cina. sebetulnya kedudukan ini adalah suatu jabatan yang disahkan oleh kaisar dan mempunyai wewenang mengatur hukum, imbalan, penurunan ataupun kenaikan (promosi) bagi warga Cina di Palembang. Dapat dibayangkan bahwa kekuasaan orang-orang Cina di Palembang hampir 200 tahun.

Masa Kesultanan Palembang

1256977050.jpgMenurut Tomec Pires yang menulis sekitar tahun kejatuhan Melaka, menyatakan bahwa pupusnya pengaruh Majapahit dan Cina du Palembang adalah akibat kebangkitan Islam di wilayah Palembang sendiri. Situasi dan kondisi ini menempatkan Palembang menjadi wilayah perlindungan Kerajaan Islam Demak sekitar tahun 1546, yang melibatkan Aria Penangsang dari Jipang dan Pangeran Hadiwijaya dari Pajang, dimana kematian Aria Penangsang membuat para pengikutnya melarikan diri ke Palembang.Para pengikut Aria Jipang ini membuat ketakutan baru dengan mendirikan Kerajaan Palembang. Tokoh pendiri Kerajaan Palembang adalah Ki Gede Ing Suro. Keraton pertamanya di Kuto Gawang, pada saat ini situsnya tepat berada di komplesk PT. Pusri. Dimana makam Ki Gede Ing Suro berada di belakang Pusri.Dari bentuk keraton Jawa di tepi sungai Musi, para penguasanya beradaptasi dengan lingkungan melayu di sekitarnya. Terjadilah suatu akulturasi dan asimilasi kebudayaan jawa dan melayu, yang dikenal sebagai kebudayaan Palembang. Ki Mas Hindi adalah tokoh kerajaan Palembang yang memperjelas jati diri Palemban, memutus hubungan ideologi dan kultural ddengan pusat kerajaan di Jawa (Mataram). Dia menyatakan dirinya sebagai sultan, setara dengan Sultan Agung di Mataram. Ki Mas Hindi bergelar Sultan Abdurrahma, yang kemudian dikenal sebagai Sunan Cinde Walang (1659-1706). Keraton Kuto Gawang dibakar habis oleh VOC pada tahun 1659, akibat perlawanan Palembang atas kekurang ajaran hasil wakil VOC di Palembang, Sultan Abdurrahman memindahkan keratonnya ke Beringin Janggut (sekarang sebagai pusat perdangangan).Sultan Mahmud Baaruddin I yang bergelar Jayo Wikramo (1741-1757) adalah merupakan tokoh pembangunan Kesultanan Palembang, dimana pembangunan modern dilakukannya. Antara lain Mesjid Agung Palembang, Makam Lembang (Kawah Tengkurep), Keraton Kuto Batu (sekarang berdiri Musium Badarudin dan Kantor Dinas Pariwisata Kota Palembang). Selain itu dia juga membuat kanal-kanal di wilayah kesulatan, yang berfungsi ganda, yaitu baik sebagai alur pelayaran, pertanian juga untuk pertahanan. Badaruddin Jayo Wikramo memantapkan konsep kosmologi Batanghari Sembilan sebagai satu lebensraum dari kekuasaan Palembang. Batanghari Sembilan adalah satu konsep Melayu - Jawa, yaitu adalah delapan penjuru angin yang terpencar dari pusatnya yang, merupakan penjuru kesembilan. Pusat atau penjuru kesembilan ini berada di keraton Palembang (lebih tegas lagi berada ditangan Sultan yang berkuasa). 
Menurut Tomec Pires yang menulis sekitar tahun kejatuhan Melaka, menyatakan bahwa pupusnya pengaruh Majapahit dan Cina du Palembang adalah akibat kebangkitan Islam di wilayah Palembang sendiri. Situasi dan kondisi ini menempatkan Palembang menjadi wilayah perlindungan Kerajaan Islam Demak sekitar tahun 1546, yang melibatkan Aria Penangsang dari Jipang dan Pangeran Hadiwijaya dari Pajang, dimana kematian Aria Penangsang membuat para pengikutnya melarikan diri ke Palembang.Para pengikut Aria Jipang ini membuat ketakutan baru dengan mendirikan Kerajaan Palembang. Tokoh pendiri Kerajaan Palembang adalah Ki Gede Ing Suro. Keraton pertamanya di Kuto Gawang, pada saat ini situsnya tepat berada di komplesk PT. Pusri. Dimana makam Ki Gede Ing Suro berada di belakang Pusri.Dari bentuk keraton Jawa di tepi sungai Musi, para penguasanya beradaptasi dengan lingkungan melayu di sekitarnya. Terjadilah suatu akulturasi dan asimilasi kebudayaan jawa dan melayu, yang dikenal sebagai kebudayaan Palembang. Ki Mas Hindi adalah tokoh kerajaan Palembang yang memperjelas jati diri Palemban, memutus hubungan ideologi dan kultural ddengan pusat kerajaan di Jawa (Mataram). Dia menyatakan dirinya sebagai sultan, setara dengan Sultan Agung di Mataram. Ki Mas Hindi bergelar Sultan Abdurrahma, yang kemudian dikenal sebagai Sunan Cinde Walang (1659-1706). Keraton Kuto Gawang dibakar habis oleh VOC pada tahun 1659, akibat perlawanan Palembang atas kekurang ajaran hasil wakil VOC di Palembang, Sultan Abdurrahman memindahkan keratonnya ke Beringin Janggut (sekarang sebagai pusat perdangangan).Sultan Mahmud Baaruddin I yang bergelar Jayo Wikramo (1741-1757) adalah merupakan tokoh pembangunan Kesultanan Palembang, dimana pembangunan modern dilakukannya. Antara lain Mesjid Agung Palembang, Makam Lembang (Kawah Tengkurep), Keraton Kuto Batu (sekarang berdiri Musium Badarudin dan Kantor Dinas Pariwisata Kota Palembang). Selain itu dia juga membuat kanal-kanal di wilayah kesulatan, yang berfungsi ganda, yaitu baik sebagai alur pelayaran, pertanian juga untuk pertahanan. Badaruddin Jayo Wikramo memantapkan konsep kosmologi Batanghari Sembilan sebagai satu lebensraum dari kekuasaan Palembang. Batanghari Sembilan adalah satu konsep Melayu - Jawa, yaitu adalah delapan penjuru angin yang terpencar dari pusatnya yang, merupakan penjuru kesembilan. Pusat atau penjuru kesembilan ini berada di keraton Palembang (lebih tegas lagi berada ditangan Sultan yang berkuasa).
Dari seluruh pelabuhan di wilayah orang-orang Melayu, Palembang telah membuktikan dn terus secara seksama menjadi pelabuhan yang paling aman dan peraturan paling baik, seperti dinyatakan oleh orang-orang pribumi dan orang-orang Eropa. Begitu memasuki perairan sungai, perahu-perahu kecil, dengan kewaspadaan yang biasa siaga dengan tindakan-tindakan perampasan. Kemungkinan perahu perampok yang bersembunyi akan memangsa perahu-perahu dagang kecil yang memasuki sungai, jarang terjadi, karena ketatnya penjagaan oleh kekuatan Sultan dengan segala peralatannya.Selain kekayaan yang melimpah dari baiknya pelayanan pelabuhan dan perdagangan, membuat Palembang mempunyai kesempatan memperkuat pertananannya. Ini dibuktikannya oleh Sultan Muhammad Bahauddin mendirikan keraton Kuto Besak pada tahun 1780. Di dalam melawan penjajahan Belanda dan Inggris, Sultan Mahmud Baruddin II berhasil mengatasi politik diplomasi dan peperangan kedua bangsa tersebut. Sebelum jatuhnya Palembang dalam peperangan besar di tahun 1821, Sultan Mahmud Badaruddin II secara beruntun pada tahun 1819 telah dua kali mengahajar pasukan pasukan Belanda keluar dari perairan Palembang. Keperkasaan Sultan Mahmud Badaruddin II ini dinilai oleh Pemerintah Republik Indonesia adalah wajar untuk dianugrahi sebagai Pahlawan Nasional.
Masa Belanda

Palembang sebagai Ibukota Kesultanan Palembang Darussalam pada saat dibawah pemerintah kolonial Belanda dirombak secara total dari sisi penggolongan kotanya. Pada awalnya wilayah pemukiman penduduk kota Palembang, dizaman Kesultanan lebih dari sekedar pemukiman yang terorganisir. Pemukiman pada waktu itu adalah suatu lembaga persekutuan dimana patronage dan paternalis terbentuk akibat struktur masyarakat tradisional dan feodalistis. Keseluruhan sistem ini berada dalam satu lingkungan dan lokasi. Sistem ini dikenal dengan nama gugu(k). Kosakata gugu berasal dari jawa - Kawi yang berarti : barang katanya, diturut, diindahkan.Setiap guguk mempunyai sifat sektoral ataupun aspiratip. Sekedar untuk pengertian meskipun tidak sama, bentuk guguk ini dapat dilihat dengan sistem gilda pada abad pertengahan di Eropa. Contoh nama wilayah pemukiman yang dikenal sebagai Sayangan, adalah wilayah dimana paramiji dan alingan(struktur bawah dari golongan penduduk kesultanan) yang memproduksi hasil-hasil dari bahan tembaga. Sayangan artinya pengerajin tembaga (Jawa Kawi). Produksi ini dilakukan atas perintah dari bangsawan yang menjadi pimpinan (guguk) yang menjadi pelindung terhadap kedua golongan baik miji maupun alingan (orang yang di-alingi/dilindungi). Hasil produksi ini merupakan pula income bagi sultan dan kesultanan.Contoh lain dalam adalah wilayah pemukiman mengindikasikan wilayah guguk, yaitu : kepandean adalah rajin atau pandai besi, pelampitan adalah perajin lampit, demikian juga dengan kuningan adalah perajin pembuat bahan-bahan dari kuningan.Pemukiman ini dapat pula bersifat aspiratif, yaitu satu guguk yang mempunyai satu profesi atau kedudukan yang sama, seperti guguk Pengulon, pemukiman para pendahulu dan alim ulama disekitar Mesjid Agung.
Demikian pula dengan kedemangan, wilayah dimana tokoh demang tinggal, ataupun kebumen yaitu tempat tempat dimana Mangkubumi menetap. Disamping ada wilayah-wilayah dimana kelompok tertentu bermukim, seperti Kebangkan adalah pemukiman orang-orang dari Bangka, Kebalen adalah pemukiman orang-orang dari Bali.Setelah Palembang dibawah adminstrasi kolonial, maka oleh Regering Commisaris J.I Van Sevenhoven sistem perwilayahan guguk harus dipecah belah. Pemecahan ini bukan saja memecah belah kekuatan kesultanan, juga sekaligus memcah masyarakat yang tadinya tunduk kepada sistem monarki, menjadi tuduk pada administrasi kolonial. Guguk dijadikan beberapa kampung. Sebagai kepala diangkat menjadi Kepala Kampung, dan di Palembang dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Untuk mengepalai wilayah tersebut diangkat menjadi Demang. Demang adalah pamongraja pribumi yang tunduk kepada controleur. Kota Palembang pada waktu itu terdiri dari 52 kampung, yaitu 36 kampung berada di seberang ilir dan 16 kampung di seberang Ulu. Kampung-kampung ini diberi nomor yaitu dari nomor 1 sampai 36 untuk seberang ilir, sedangkan seberang ulu dari 1 sampai 16 ulu.Pemberian nomor-nomor kampung ini penuh semangat pada awal pelaksanaannya, tetapi kemudian pembagian tidak berkembang malah menyusut. Pada tahun 1939 kampung tersebut menjadi 43 buah, dimana 29 kampung berada diseberang ilir dan 14 kampung berada di seberang ulu.
Dapat diperkirakan penciutan adminstratif kampung ini karena yang diperlukan bukannlah wilayahnya, tetapi cacah jiwanya yang ada kaitan dengan pajak kepalanya. Sehingga untuk itu digabungkanlah beberapa kampung yang cacah jiwanya minim, dan cukup dikepalai oleh seorang Kepala Kampung.Oleh karen Kepala Kampung hanya mengurus penduduk pribumi, maka untuk golongan orang Timur Asing, mereka mempunyai Kepala dan wijk tersendiri. Untuk golongan Cina, kepalanya diangkat dengan kedudukan seperti kepangkatan militer, yaitu Letnan, Kapten dan Mayor. Demikian pula dengan golongan Arab dan Keling (India/Pakistan) dengan kepalanya seorang Kapten. Untuk kedudukan kepala Bangsa Timur Asing, biasanya dipilih berdasarkan atas pernyataan jumlah pajak yang akan mereka pungut dan diserahkan bagi pemerintah disertai pula jaminan dana begi kedudukannya.Pemerintah Kota Palembang pada 1 April 1906 menjadi satu Stadgemeente. Satu pemerintahan kota yang otonom, dimana dewan kota yang mengatur pemerintahan. Penduduk menyebut pemerintah kota ini adalah Haminte. Ketua Dewan Kota adalah Burgemeester (Walikota), dia dipilih oleh anggota Dewan Kota. Anggota Dewan Kota dipilih oleh penduduk kota.Sebenernya pemerintah kota bukanlah dibentuk untuk tujuan utama memenuhi kepentingan pribumi, akan tetapi lebih kepada kepentingan para pengusaha Barat yang sedang menikmati liberalisasi. Karena dampak liberalisasi menjadikan kota sebagai pusat atau konsentrasi ekonomi, baik sebagai pelabuhan ekspor, industri, jasa-jasa perdagangan dan menjadi markas para pengusaha.
Di Era Zaman Jepang

Dizaman penduduk Jepang (1942-1945), secara struktural tidak ada perubahan kedudukan kepala kampung. Hanya gelarnya saja yang berubah, yaitu menjadi Ku - Co dan mereka dibawah koordinasi Gun - Co. Tugasnya dititik beratkan pada pembangunan ekonomi peperangan Jepang. Untuk merapatkan barisan dikalangan penduduk, diperkenalkan suatu sistem lingkungan Jepang, Tonari - Gumi, yaitu Rukun Tetangga yang meliputi setiap 10 rumah di suatu kampung. Tonari - gumi dipimpin oleh seorang Ku - Mi - Co (Ketua RT).
Kegiatan Pembangunan yang Menonjol
Masa Kerajaan Sriwijaya

Pusat pemerintahan dan pemukiman terletak di bagin barat kota Palembang. Bentuk pembangunan yang dilakukan berupa :
  1. Tata ruang dan saluran air serta pengurukan dan penimbunan daerah rawa (di Kelurahan Karang Anyar, kelurahan Bukit Lama dan Kecamatan Seberang Ulu I), baik bentuk istana, pemukiman warga maupun tempat ibadah.
  2. Bangunan tempat ibadaha berupa Vihara dan kelengkapannya.
  3. Pembangunan pelabuhan, serta sarana Transportasi.
  4. Pembangunan Istana serta rumah-rumah tempat tinggal penduduk, baik diatas daratan, maupun di atas sungai berupa rakit dan rumha bertiang di atas rawa.
  5. Pembangunan industri antara lain industri manik-manik di Ilir Barat.
  6. Pembangunan Taman Srisetra dibagian barat kota (Prasasti Karang Tuo).
Masa Kesultanan Palembang

Pusat pemerintahan pada awal kebangkitan, di bagian timur kota palembang (di sekitar PT. PUSRI dan Kelurahan I Ilir). Kemudian setelah hampir satu abad pindah ke bagian tengah di Kelurahan 19 Ilir, bentuk pembangunan yang dilakukan berupa :
  1. Keraton/Istana Kuto Gawang (PT Pusri I Ilir), Kuto Lamo dan Kuto Besak (Kelurahan 19 Ilir).
  2. Benteng pertahanan (pemasangan lantai di Sungai Musi untuk menghalangi kapal musuh).
  3. Mesjid (di I Ilir, Beringin Janggut dan Mesjid Agung 19 Ilir).
  4. Pelabuhan dan tempat penambatan angkutan sungai.
  5. Makam raja-raja Palembang.
  6. Penataan tata ruang kota (seperti Kepandean, Sayangan, Kebumen, Depaten).
  7. Pembangunan oleh masyarakat (klenteng, rumah limas, industri rumah tangga tenunan, ukiran, dll)
Masa Penjajahan Belanda

Berdasarkan catatan pelaksanaan pembangunan kota yang berencana baru di mulai pada awal terbentuknya pemerintahan kota di tahun 1900-an, seperti dibawah ini :
  1. 30 September 1918 Pemerintah Kota menetapkan tentang pendirian dan pembongkaran bangunan, yaitu Verordening op het bouwen en sloopen in de Gemeente Palembang.
  2. 1935 diterbitkan Bouwverordening der Gemeente Palembang berupa Standsplan (Rencana Tehnik Ruang Kota), yang kemudian dengan diterbitkannya peta rencana, peta situasi atau peta penggunaan tanah (detail plan).
1906 - 1935


1256977178.jpgPerencanaan dan pelaksanaan pembangunan kota Palembang antara 1906-1935 adalah sebagai berikut :
  • Pembelian lapangan-lapangan untuk menimbun bahan bangunan.
  • Pembuatan Jembatan Sungai Ogan.
  • Perbaikan Jalan Seberang Ulu dari Ogan ke Plaju melalui 10 Ulu (Jl. KH. Azhari).
  • Pembuatan medan lalu lintas dekat 10 Ulu dan Tengkuruk.
  • Menyediakan lapangan-lapangan untuk lanjutan jalan kereta api Sum-Sel dari Kertapati ke Seberang.
  • Menyediakan Lapangan pelabuhan di Seberang Ulu.
  • Pendalaman alur sungai Musi.
  • Perbaikan jalan dengan pembuatan jalan - jalan tembus dan pelebaran jalan antara Pelabuhan Tengkuruk - talang Jawa; Jl. Gevangenis (Jl. Lembaga Pemasyarakatan) - Boom Baru.
  • Perbaikan tempat-tempat berlabuh untuk kapal-kapal sungai di 19 Ilir ( Pelabuhan/ponton).
  • Penyediaan tempat transit yang mendesak dari Kertapati (titik ujung jalan kereta api Sum-Sel) yang dapat dicapai oleh kapal-kapal laut, yang mengambil batubara dari tambang bukit asam.
  1. Realisasi stands plan (Master Plan Kota) Kota Palembang. Ini adalah penetapan lokasi-lokasi :
  1. Industrial estate di daerah Sungai Gerong dan Plaju.
  2. Real Estate di Talang Semut.
  3. Sistem Ring and Radial bangunan jalan kota (yang saat itu baru sampai di Talang Grunik sebagai lingkar II) Jl. Kapten Arivai dan Jl. Veteran sekarang).
1935 - 1950

Jepang1256976894.jpg

  1. Perubahan bayas kota dengan memasukkan pelabuhan udara Talang Betutu ke dalam Administrasi Kotapraja.
  2. Pembangunan jalan By Pass dengan nama jalan Miaji (Jl. Jend. Sudirman).
  3. Pembangunan landasan pesawat udara :
  • Pembangunan Pelabuhan Udara di Betung.
  • Lapangan terbang di Talang Balai.
  • Perbaikan pelabuhan laut di kota Palembang.
  • Pembangunan lapangan Pesawat Udara di Sungai Buah.
  • Perluasan lapangan udara talang Betutu (SMB II).
  • Pembukaan jalan yang dimulai dari Simpang Mesjid (Simp. Jl. TP. Rustam Effendi) sampai ke simpang Charitas (Jl. Jend. Sudirman).
  • Perbaikan dan pelebaran serta pelurusan Jl. Ke Talang Betutu (Jl. Kol. H. Burlian).
1950 - 19601256976961.jpg

  1. Pembangunan Pasar :
  • Lingkis (Cinde)
  • Kertapati
  • Lemabang
  • Buah (Jl. Kol. Atmo/Tp. Rustam Effendi)
  • Kuto.
  1. Perumahan Rakyat :
    Sungai Buah dan Talang Betutu
  2. Air Bersih : Perluasan Penyaringan
    Pemasangan pipa induk, dari penyaringan ke Jl. Jend. Sudirman
    Pipa Suro, Tangga Buntung - Ladang Plaju - Rimab Seru
    Pemasangan pipa 270 Km
    Peningkatan produksi menjadi 23.000 m3/hari
  3. Pembangunan jalan lingkar I, Jl. Jend. Sudirman ke Simpang Cinde Welan
  4. Panjang jalan dalam kota 225 Km
  5. Penimbunan Musi Boulevart
  6. Perumahan Proyek Khusus Kebangkan (PCK)
  7. Pembebasan tanah peruntukan :
  • Daerah Indusri PT. Pusri
  • Universitas Sriwijaya
  • Traffic Garden di Bukit Besar
  1. Pembangunan Balai Pertemuan di Jl. Sekanak.
  2. Pembangunan Stasion Kamboja.
  3. Pembuatan Kanal (terusan) Sungai Bendung.
  4. Pembangunan Penyebrangan Tangga Buntung - Kertapati.
  5. Pembukaan jalan Tangga Buntung ke Gandus.
 1960 - 19701256977324.jpg

  1. Pembangunan Jembatan Musi (Jembatan Ampera) April 1962 - Mei 1965
  2. Perbaikan Kampung
  3. Pembangunan sekolah dasar
  4. Pembangunan Perumahan Pegawai di Jalan Duku (Sumur Batu), Jl. Makrayu dan PCK
  5. Pemugaran Makam Raja-raja Palembang, Rumah Bari
  6. Peningkatan Kebersihan
  7. Terminal Bawah Jembatan Ampera
  8. Pertokoan Tengkuruk By Pass (Permai)
  9. Pasar 10 Ulu
  10. Pemekaran kampung 20 Ilir jadi 4, 26 ilir jadi 2, Sungai Batang dibagi dengan Sungai Selincah
1970 - 19801256977383.jpg
Sasaran pembangunan : Jalan, Air Bersih, Listrik dan Kebersihan. Pembangunan Proyek Non Bujeter :

  1. Sumbangan Pertamina
    Upgrading Jalan dalam Kota :
  • 1969/1970 Jalan Utama Veteran, Harapan, Jl. Jend. Sudirman dan Jl. Jend. A.Yani (aspal beton).
  • 1970-1971 Jalan-jalan dalam kota di lebarkan menjadi lebar rata-rata 8 m.
  • 1973-1974 Upgrading jalan dalam kota.
  • 1975-1976 Jalan-jalan di sekitar Pasar 16 ilir.
  1. Sumbangan dari PT. PUSRI
    3 buah jembatan penyebrangan pejalan kaki di jalan Jend. Sudirman.
  2. Makmur Store
    Menyumbang 1 buah jembatan penyebrangan jalan di Jl. Jend. Sudirman
  3. 1975 - 1978 perusahaan-perusahaan industri menyumbang 16 buah Shelter Bus.
  4. Pembangunan petak-petak pasar secara swadaya masyarakat, peremajaan dan modernisasi pasar atau pusat perbelanjaan.
  5. 1974 pembangunan gedung pusat pemerintahan Kotamadya. Penetapan hari jadi kota Palembang.
  6. Sasaran pembangunan diarahkan pada pembangunan sistem drainage (Pengeringan Kota)
Pembangunan Sistem Makro dan Sistem Mikro
Sistem Makro : meliputi Saluran induk dengan memanfaatkan sungai-sungai dan kolam-kolam (Retention Basin).
Sistem Mikro : Meliputi saluran-saluran pengumpul dari daerah-daerah aliran ke saluran-saluran utama dan kesaluran induk.
Tahap Pelaksanaan :

  1. Program mendesak
  • Pembersihan sungai Bendung dan Sungai rendang.
  • Pembuatan/peningkatan saluran-saluran primer, siring-siring dan koker-koker.
  1. Program Jangka Pendek
  • Normalisasi Sungai Sekanak, sungai bendung
  • Peningkatan/pembuatan saluran primer dan saluran sekunder antara kedua sungai tersebut.
  1. Program Jangka Menengah
  • Perancangan detail dan pelaksanaan di wilayah lingkaran II
  • Normalisasi sungai-sungai, peningkatan /pembuatan saluran-saluran primer and sekunder.
  1. Jangka Panjang
  • Lanjutan Studi dan perancangan sistem drainage secara keselurahan.
  • Perbaikan dan normalisasi sungai rendang.
  • Survey design sungai-sungai di daerah Seberang Ilir.
  • Rehabilitasi anak sungai Bayas.
  • Program Perbaikan Kampung (Kampong Improvment Program).
1979 - 1980
Untuk Kampung 9,10,11,13,14 ilir dan 1 ulu, dengan luas areal 40 ha untuk penduduk 30.210 jiwa. 1981 - 1982
Untuk Kampung 1,2 ulu, 13,14, 19, 22, 26, 26, 27 dan 28 ilir, dengan luas areal 80 ha untuk penduduk 41.654 jiwa.
1982 - 1983
Untuk Kampung 8,9,10,11,24,26,29,30dan 32 ilir, dengan luas areal 125 ha untuk penduduk 75.358 jiwa.
1983 - 1984
Diusulkan untuk Kampung 35 ilir, 3, 4, 5, 7 ulu, kertapati dan ogan baru dengan luas areal 75 ha untuk penduduk 99.126 jiwa.
Dalam realisasinya perbaikan kampung dilakukan pada kelurahan 29, 30, 32, 35 ilir, 3/4, 5,7 dan 8 ulu.
1984 - 1985
Untuk Kelurahan 3/4, 5,7,11,12 ulu, kertapati dan Ogan Baru.
1986 - 1987
Untuk kelurahan karang anyar, 36, 35, 32 ilir, 8, 11, 12, 13, 14 ulu, dan Tangga Takat.

1987 - 1988
Untuk kelurahan 2, 3, 5 ilir, dan 13, 14 ulu. Bentuk pembangunan KIP ini antara lain :

Jalan Lingkungan (aspal), Konstruksi Ris Beton, Konstruksi jembatan beton, kran air minum, MCK, Bak sampah, Gerobak Sampah, Buis Beton, SD Bertingkat, Puskesmas.1981
Pembangunan kembali daerah yang terbakar dikampung 22, 23, 24 dan 26 ilir denagn areal site seluas 236.078 M2 dengan bangunan rumah flat 4 lantai, pelbagai tipe sebanyak 3.584 Unit lengkap dengan prasarana dan fasilitas lingkungan dan 214 kapling tanah siap bangun.
Pembebasan Tanah
Untuk rencana pemindahan terminal bawah jembatan Ampera Seberang Ilir ke wilayah seberang ulu baik untuk terminal Penumpang maupun unutk barang ± 8 Ha.
  • Pembangunan taman-taman kota.
  • Pembangunan jalan dengan sistem Ring dan Radial sesuai Peta 1930.
  • Peningkatan Kebersihan dengan Pemantapan Program PALEMBANG KOTA BARI.
  • Panjang Jalan dalam kota = 282.290 Km, terdiri dari :
    Jalan Arteri = 61.220 Km
    Jalan Arteri Sekunder = 58.752 Km
    Jalan Kolektor dan lokal = 162.418 Km
Penambahan dan Pembukaan Ring dan Radial
  1. Jalan Radial soak Bato ke Jalan kapten Arivai.
  2. Jalan Lingkungan II dari Jl. Letkol Iskandar tembus ke Jalan segaran.
  3. Jalan Radial dari Lingkaran I tembus ke Jalan Veteran.
  4. Jalan Lingkaran Luar dari Gandus Ke Macan Lindungan, Jl. Demang lebar daun.
Jumlah jembatan yang ada di kota Palembang sebanyak 116 buah, terdiri dari :
  1. Jembatan beton 80 buah
  2. Jembatan Besi 7 buah
  3. Jembatan kayu 29 buah
Pembangunan permukiman Kenten Sako, Polygon dan rumah susun.
Drainage

  • Sejak 1980 - 1987 dibangun saluran sepanjang 333.671 Km, tersebar dari jalan Kapten A. Rivai ke arah Sungai Musi dan Daerah Seberang Ulu.
  • 1987 - 1988 dibangun proyek pengeringan kota sepanjang 7.740 Km untuk lokasi di Kecamatan Ilir Barat I dan Ilir Timur I.
  • 1988 Sumatera Selatan ditetapkan sebagai Daerah Tujuan Wisata ke - 17. Kota Palembang sebagai ibukota Propinsi menjadi Daerah Utama yang dijadikan sasaran pembangunan kepariwisataan. Obyek wisata yang ditonjolkan adalah wisata air dan budaya.
1990 - 1999
  • Pembangunan RSUD dan Jalan Menuju Ke RSUD
  • Jalan Keramasan - Musi II - Macan Lindungan
  • Jembatan Musi II
  • Jalan Mas krebet
  • Jalan Kebun Bunga
  • Jalan Tembus Jalan Sudirman ke Sako
  • Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya
  • Reklamasi Seberang Ulu I
  • Jalan Menuju tanjung Api-api
  • Jalan tembus Jalan Jend. A. Yani ke Dusun Rambuatan
  • Jalan Lingkar Selatan
  • Jalan Gandus ke Jalan raya Palembang - Betung
  • Jalan Musi II ke Pembuangan sampah Kelurahan Keramasan
  • Jalan Tembus Jalan Macan Lindungan ke Jalan haji Burlian
  • Pembangunan Pemakaman Kebun Bunga (Silk Air)
  • Pembangunan Retaining Wall depan Benteng Kuto Besak
Sumber : Palembang.go.id


READ MORE - Palembang (Kota Pempek)

Berita Populer Minggu ini