Senin, 13 Juni 2011

Misteri Lukisan Laksamana Malahayati di Museum Bahari

Lukisan Malahayati (foto: singalodaya.wordpress.com)JAKARTA- Keberadaan sejumlah museum di Jakarta saat ini sangat memprihatinkan kondisinya. Masyarakat pun enggan mengunjungi museum sebagai  pusat dokumentasi sejarah masa lalu.

Bau amis ikan tercium kuat  ketika rombongan wartawan bersama Hotel Sari Pan Pasific mengunjungi Museum Bahari beberapa waktu lalu. Warung-warung tenda pinggir jalan membuat bis yang kami tumpangi kesulitan memasuki tempat yang dulunya dijadikan Belanda gudang untuk menyimpan rempah-rempah.

Kali Ciliwung yang berada tepat di belakang museum, menambah kesan kotor karena banyaknya sampah didalam kali. Berlokasi di Jl. Pasar Ikan no 1. Jakarta Utara, Museum Bahari salah satu tempat untuk dijadikan sarana pembelajaran bagi pelajar.

“Museum ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat  dan sisi timur, disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur,”.kata Catur pemandu wisata di Museum Bahari, Jakarta.

Pria berbadan tambun ini memaparkan, disini pengunjung juga dapat melihat Menara Syahbandar yang dibangun Belanda tahun 1834.  Menara ini pada masa lalu berfungsi untuk memandu keluar-masuk kapal ke Batavia sebelum Pelabuhan Tanjung Priok dibuka.

“Koleksi disini juga sangat banyak, diantaranya miniatur perahu tradisional phinisi dan kapal zaman VOC. Selain itu ada pula berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran,” jelas bapak dua anak ini.

Selain miniatur kapal, menurut Catur ada salah satu obyek yang paling diminati pengunjung.  Yaitu lukisan Laksamana Malahayati di lantai dua. Yang menarik dari lukisan tersebut bagian matanya bisa melirik Ketika kami melihat kedua matanya, tampak sedang memperhatikan dan melirik ke arah dimana kami melangkah. Didekat lukisan Laksamana Mahalayati, ada juga beberapa lukisan yang dipajang didalam ruangan tertutup yang bangunanya didominasi oleh kayu jati.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Malahayati menjadi Panglima Angkatan Perang kerajaan Aceh pada masa pemerintahan Sultan Al Mukammil (1589-1604). Dia mendapat kepercayaan wanita, Inong Balee.

Inong Balee adalah   pasukan wanita yang semuanya telah ditinggal oleh suaminya dimedan pertempuran. Malahayati juga perempuan pertama di Asia karena keberaniannya menyerang kapal serta benteng-benteng Belanda. Pasukan ini juga  mempunyai benteng pertahahanan. Sisa – sisa pangkalan Bale Inong terdapat di Teluk Kreung Raya.

Namun Catur membantah jika lukisan tersebut tersebut ada kekuatan supranatural yang kuat. “Matanya bergerak karena kehebatan pelukisnya saja, tapi ada juga beberapa cerita pengunjung tentang adanya penampakan di dalam Museum ini,” ujarnya.

Seorang warga yang enggan disebutkan namanya membenarkan bahwa di Museum Bahari sering terdapat penampakan mahkluk gaib. Museum ini juga beberapa kali dijadikan sarana syuting film-film bergenre horror.

“Banyak yang lihat penampakan orang tinggi besar dan ada wanita sendirian di dalamnya, tapi yang paling sering melihat adalah pengunjung museum,“ ujarnya. (uky)

Berita Populer Minggu ini